5 Fakta Raden Soesalit, Anak Tunggal RA Kartini
Susah Sewaktu ‘Alit’
Soesalit Muda
(Orang Tua Soesalit keturunan ningrat)
(KKR: Kartini, Kardinah dan Roekmini)
Cucu Pertama Kartini
Cucu pertama RA KArtini dinamai Boedi Setyo Soesalit. Layaknya sang ayahanda, Boedi diberkahi kecerdasan yang tinggi. Kala itu Boedi mendapatkan beasiswa ke Australia namun ternyata beliau lebih memilih bekerja di perusahaan swasta.
Melanjutkan silsilah keturunan, kemudian Boedi menikah dengan Sri Bijatini, dalam pernikahannya ini Boedi dan istri memiliki 5 momongan. Keturunan sang emansipasi memanglah masih berlanjut namun nyatanya makin kesini makin tidak terdeteksi.
Boedi dan istri seolah tidak dikenali oleh siapapun, bahkan ibu Bijatini (istri alm. Boedi) dan anak-anaknya memilih diam daripada mengaku keturunan RA Kartini. Selanjutnya, ibu Bijatini yang kini berusia 78 tahun itu mengungkapkan bahwa ia lebih memilih hidup sederhana.
Warisan untuk Soesalit
Masih tentang anak tunggal Kartini, Soesalit yang masa kecilnya sulit dan sudah besar kabarnya bak hilang ditelan bumi, ternyata lewat peninggalan Kartini, jejak manis itu masih ada.
Para sesepuh di atas Soesalit mengakabarkan bahwa Kartini pernah meninggalkan kenangan berupa benda untuknya yakni, sebuah Al-Quran. Benda suci tersebut disimpan dan dijaga oleh Soesalit atas saran sang paman, yakni RMP Sosrokartono yang merupakan kakak kandung RA Kartini.
Al-Quran tersebut merupakan salah satu benda bersejarah dalam kisah RA Kartini. Kala itu sang pahlawan emansipasi ini mendatangi pengajian saat beliau berkunjung ke kediaman pamannya yang juga salah satu tokoh pembesar di Demak. Pengajian tersebut dipimpin oleh seorang Kiai yang berasal dari Dukuh Kedung Jumbleng, Desa Ngroto, Kecamatan Mayong.
Sang kiai yang diketahui bernama Sholeh Darat tersebut menjelaskan makna Al-Quran dengan lugas dan luas, seketika itu juga RA Kartini tersentuh dan terkesima atas isi
Al-Quran yang selama ini hanya bisa dibacanya tanpa mengetahui arti/terjemahan sebenarnya.
''Selama ini surat Al Fatihah gelap bagi saya, saya tidak mengerti sedikit pun akan maknanya, tetapi sejak hari ini ia menjadi terang benderang sampai kepada makna yang tersirat sekali pun, karena Romo Kiai menjelaskannya dalam bahasa Jawa yang saya pahami,'' demikian Kartini berujar saat ia mengikuti pengajian Saleh Darat.
Dari sana, sang kiai menghadiahkan Al-Quran terjemahan bahasa Jawa kepada RA Kartini. Pada masa itu baru juz 1-15 yang berhasil diterjemahkan. Rencananya sisa dari juz 16-30 akan diberikan kemudian, namun sayangnya RA Kartini sudah tutup usia sebelum menerima lanjutan Al-Quran terjemahan itu. Itulah mengapa RMP Sosrokartono menyarankan agar RM Soesalit menjaga dan menyimpannya.
Berikan Komentar Anda